Langsung ke konten utama

Madrasah Bulan Ramadhan

Malam peringatan haul KH. Zubair Dahlan sekaligus memperingati malam Nuzulul Qur’an yang diadakan di PP. Al-Anwar 3, Sarang.

Dalam ceramahnya, Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun, MA., putra dari KH. Maimun Zubair sekaligus cucu dari KH. Zubair Dahlan menyebut bulan Ramadhan sebagai madrasah.

“Bulan Ramadhan ini merupakan madrosaturromadon bagi kita semua”. Begitu ungkap beliau.

Beliau mengungkapkan bahwa untuk merubah kepribadian atau kebiasaan seseorang hanya dibutuhkan waktu 30 hari saja. Sehubungan bertepatan dengan bulan Ramadhan, ini bisa kita jadikan sebagai ajang latihan.

Hal apa saja sih yang bisa kita jadikan sebagai latihan?

Pertama, bangun sebelum subuh

Ini mungkin suatu hal atau kebiasaan yang sudah lumrah terjadi di kalangan para santri. Selain tujuan pendidikan, para santri dilatih untuk bisa bangun lebih awal. Dalam dunia pesantren tradisi bangun sebelum subuh pasti diajarkan dan diterapkan.

Kebiasaan bangun sebelum subuh, dalam kacamata masyarakat awam rupanya akan terasa sangat-sangat memberatkan karena tidak terbiasa. Dalam kesempatan Ramadhan ini, jadikanlah Ramadhan kali ini sebagai ajang latihan, seperti yang dikatakan oleh Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun, MA.

Seseorang yang di selain bulan Ramadhan tidak pernah bangun sebelum subuh, maka akan merasa sangat menyesal jika tidak bangun subuh di bulan Ramadhan. Kok bisa? Ya, karena seseorang tadi ketinggalan sahur. Mungkin saja seseorang akan sangat risih jika tidurnya diusik atau diganngu atau bahkan sampai dibangunkan dari tidurnya. Untuk kali ini, karena bulan Ramadhan, bagaimana pun caranya seseorang membangunkan, yang penting dirinya bisa bangun dan ikut makan sahur. Bahkan sampai ada yang minta, “udah tendang-tendang aja yang penting bangun”. Betapa relanya pengorbanan seseorang untuk bangun sebelum subuh. Mungkin kejadian seperti ini tidak bisa kita temukan di selain bulan Ramadhan.

Sepuluh hari pertama, seseorang bisa bangun sebelum subuh dengan cara ditendang-tendang dulu, baru bisa bangun. Kalau belum bangun juga, sudah biarkan saja. Nanti juga besoknya kapok sendiri.

Sepuluh hari kedua, sudah bisa bangun sebelum subuh hanya dengan mendengar suara alarm. Lumayan, sudah ada peningkatan dan perubahan. Jadi tidak harus ditendang-tendang lagi kalau mau dibangunin.

Sepuluh hari ketiga, sudah bisa bangun sebelum subuh hanya dengan mendengar suara speaker masjid. Peningkatan yang cukup baik dan patut diapresiasi.

Kedua, tadarus al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat penuh dengan keberkahan di dalamnya. Betapa harusnya seorang yang berpuasa memperbanyak kebaikan di dalam bulan ini. Salah satunya membaca al-Qur’an.

Bulan Ramadhan menjadi bulan favorit bagi setiap muslim. Tradisi mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan ini sudah mandarah daging di kalangan santri khususnya dan masyarakat umumnya. Membaca al-Qur’an tidak harus menunggu bulan Ramadhan saja. Akan tetapi, rasanya seperti ada yang tidak lengkap jika di bulan Ramadhan tidak mengkhatamkan al-Qur’an.

Seperti yang diceritakan Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun, MA., bahwa dahulu ketika KH. Zubair Dahlan semasa hidupnya selalu mengkaji kitab tafsir Jalalain di bulan Ramadhan. Sudah menjadi kebiasaan baik yang dilakukan oleh KH. Zubair Dahlan setiap tahunnya. Selain membaca al-Qur’an, dengan membaca kitab tafsirnya KH. Zubair Dahlan bersama para santrinya mentadabburi makna-makna al-Qur’an yang ada di dalam kitab tafsir Jalalain.

Komentar

Cerpen

Pemaknaan Kitab Kuning Dengan Menggunakan Makna Gandul di Era Milenial: Antara Tradisi dan Sistem

Pondok Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan dengan latar belakang agama. Biasanya Pondok Pesantren dipimpin oleh seorang Kiyai atau dengan sebutan-sebutan lainnya, seperti Abuya, Abah yai, Abah, Babah dan lain-lain. Adapun yang menjadi pelajarnya disebut dengan santri. Di Indonesia Pondok Pesantren digolongkan menjadi dua, yaitu Pondok Pesantren Salaf dan Pondok Pesantren Modern. Pondok Pesantren pada umumnya mengajarkan al-Qur’an dan pengkajian kitab-kitab kuning, juga mengkaji tata krama dan sopan santun (akhlak) agar bisa diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, baik itu Pondok Pesantren Salaf atau pun Pondok Pesantren Modern. Akan tetapi, yang menjadi titik pembeda di sini terletak pada kurikulum pembelajarannya. Dalam kurikulum Pondok Pesantren Salaf, sistem pembelajarannya masih melestarikan budaya pegon atau makna gandul - hingga saat ini. Berbeda dengan Pondok Pesantren Modern, kurikulum atau sistem pemaknaan dengan aksara pegon atau makna gandul sudah jar

Cerita Babah Ghofur Ketika Di Pesawat

Ada sebuah kisah yang dipaparkan oleh Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun, MA. Cerita ini disampaikan bertepatan dengan malam nuzulul Qur’an, 17 Ramadhan 1443 H yang bertepat di PP. Al-Anwar 3, Sarang. Sebelum itu, Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun, MA. atau lebih akrab disapa dengan Babah Ghofur di kalangan santri-santrinya, berkisah bahwa penetapan malam Nuzulul Qur’an yang diperingati setiap malam 17 Ramadhan ternyata tidak hanya di Indonesia saja. Di Mesir dan di sebagian besar begara Muslim juga memperingati malam 17 Ramadhan sebagai malam nuzulul Qur’an. Babah Ghofur membacakan dua hadis Nabi Ṣalla Allāhu ‘Alayhi Wa Sallam, Pertama, hadis yang diriwayatkan oleh Anas ra. حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ وَقَالَ إِذَا مَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى وَ

Doa Fajar

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ صّلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan keharibaan Muhammad dan juga kepada keluarganya. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ، تَهْدِيْ بِهَا قَلْبِيْ، وَتَجْمَعُ بِهَا شَمْلِيْ، وَتَلُمُّ بِهَا شَعْشِيْ، وَتَرُدُّ بِهَا أُلْفَتِيْ، وَتُصْلِحُ بِهَا دِيْنِيْ، وَتَحْفَظُ بِهَا غَائِبِيْ، وَتَرْفَعُ بِهَا شَاهِدِيْ، وَتُزَكِّيْ بِهَا عَمَلِيْ، وَتُبَيِّضُ بِهَا وَجْهِيْ، وَتُلْهِمُنِيْ بِهَا رُشْدِيْ، وَتَقْضِيْ بِهَا حَاجَتِيْ، وَتَعْصِمُنِيْ بِهَا مِنْ كُلِّ سُوْءٍ. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu rahmat dari sisi-Mu, yang denganya Engkau menunjuki hatiku, mengumpulkan yang terserak dariku, memperbaiki apa yang kusut padaku, mengembalikan padaku kesenanga

Kiat-Kiat Sukses Merubah Pola Kebiasaan Hidup Ala Babah Ghofur

Babah Ghofur pernah ngendikan (berkata), “Selama empat puluh hari seseorang bisa merubah kebiasaannya”. Saat itu Babah Ghofur sedang menasihati santri-santrinya yang sudah mendekati kelulusan. Setiap sebelum hari kelulusan tradisi santri di sini adalah sowan kepada para Masyayikh, terutama kepada zurriyyah (keturunan-keturunan) Mbah Maimoen Zubair. Bertepatan pada waktu itu, yang sowan kepada Babah Ghofur adalah santri MA Al-Anwar 2, putra-putri. Saat itu mereka sowan atau bermajlis di mushala Al-Anwar 3. Pesan yang disampaikan Babah Ghofur saat itu adalah agar santri-santrinya ketika sudah pulang ke rumah masing-masing nanti tetap istikamah menjalankan ajaran-ajaran yang sudah diajarkan di pondok pesantren. Ilmu yang sudah didapatkan agar selalu diamalkan. Baik untuk pegangan diri sendiri atau untuk disebarkan kepada khalayak luas. Babah Ghofur ngendikan, karena gak semua yang pulang dari sini menjadi ustaz semuanya. Ada yang jadi pedagang, ada yang bertani, ada yang buka usaha, mace